Bukan hanya di dalam nyanyi . Kami telah menikmati.
Bukan hanyadalam puisi. Kami telah menjalani
Jalanan bukan sandaran, Jalanan bukan pelarian, jalanan adalah kehidupan.
Jalanan bukan impian, jalanan bukan khayalan, jalanan adalah kenyataan

23/02/08

Seperempat Abad KPJ

Pada usia 25 tahun, KPJ telah membesarkan sejumlah nama.

Di panggung, lelaki berambut panjang itu duduk bersila. Sebuah baret menghias di kepala. Dia pun mulai bercerita, bernyanyi, dan tidak jarang pula berpetuah. Belasan pemain musik dan kelompok vokal menemani penampilannya di Gelanggang Remaja Bulungan, Selasa malam lalu.

Lelaki tersebut memiliki nama asli Anto S. Trisno. Namun, orang lebih mengenalnya dengan panggilan Anto Baret, nama yang pernah populer bersama Kelompok Penyanyi Jalanan (KPJ). Malam itu, Anto, yang menjadi ketua kelompok tersebut, tampil untuk memperingati seperempat abad KPJ. Dia membawakan 15 lagu karyanya sendiri.

Anto Baret dikenal dengan karya-karyanya yang sarat kritik sosial. Sebut saja lagunya yang berjudul Senandung Istri Seorang Bromocorah. Lagu yang dipopulerkan Iwan Fals ini menjadi bentuk protes terhadap aksi penembakan misterius (petrus) yang dilakukan oknum penegak hukum.

Sekitar 200 penonton, sebagian besar anggota KPJ, seperti tersihir sepanjang satu setengah jam penampilan Anto. Setiap lagu yang dia nyanyikan selalu disertai penjelasan: kapan diciptakan, peristiwa apa yang melatarbelakangi, dan untuk siap lagu itu dipersembahkan.

Cukup lama karya-karya Anto menghilang dari panggung tarik suara. Sebagian orang menganggap dia telah berhenti mencipta lagu. Namun, malam itu semua terjawab. Dari 15 lagu yang dinyanyikan, 10 di antaranya adalah karyanya yang terbaru. "Saya masih tetap mencipta lagu. Tapi memang belum pernah masuk dapur rekaman," kata penyanyi gaek bersuara berat ini.

Beberapa karya terbaru Anto masih menyuarakan "kemarahan". Dia memaki orang-orang yang dianggap bertanggung jawab atas kesengsaraan yang dialami warga Sidoarjo lewat lagu Lumpur Panas Sidoarjo. Namun, sebagian besar karyanya terbarunya dipenuhi oleh renungan kebangsaan dan religius.

Pertikaian yang terjadi di sejumlah daerah di Indonesia menjadi keprihatinannya, yang kemudian melatarbelakangi penciptaan lagu berjudul Kabar dan Kabut Hitam Kabut Putih. Renungan tentang Sang Khalik melahirkan lagu berjudul Muntah Putih. Judul lagu ini juga yang kemudian dijadikan tajuk dalam pergelaran itu.

Acara peringatan itu digelar selama dua hari dengan diisi berbagai acara, antara lain pertunjukan musik, pameran alat-alat musik bikinan anggota KPJ, dan peluncuran buku. Pada hari kedua, Rabu lalu, dalam acara pertunjukan musik, selain anggota penyanyi jalanan se-Indonesia, tampil bintang tamu Sawung Jabo.

Komunitas ini adalah sebuah fenomena. Organisasi ini didirikan untuk melawan aksi pemerasan yang sering dilakukan para preman terhadap pengamen di Pasar Kaget (kawasan Blok M) dan Pecenongan. Tapi kemudian kelompok ini menjadi wadah para penyanyi jalanan. "Kami ingin teman-teman punya waktu untuk kumpul, berdiskusi, dan membuat lagu bersama," kata Anto.

Dari sanalah kemudian muncul nama-nama beken yang pernah hadir dalam dunia hiburan. Sebut saja misalnya Kuntet Mangkulangit, Younky R.M., dan John Dayat, yang populer pada 1990-an. Tony Q Rastafara, penyanyi yang terkenal dengan lagu-lagu reggae, pun dibesarkan oleh KPJ.

Menurut Anto Baret, KPJ tidak akan berhenti mengorbitkan anak jalanan. Bagi lelaki jebolan semester VII Institut Teknologi Negeri Malang ini, hidup di jalanan adalah perjuangan. Sebab, jalanan penuh dengan kepentingan. Karena itu, orang yang terperangkap di jalanan harus memiliki kemampuan bertahan hidup.

Dalam buku Catatan Seperempat Abad Kelompok Penyanyi Jalanan, lelaki yang usianya sudah kepala lima itu menuliskan:
Di jalanan banyak orang-orang yang dikalahkan
Di jalanan banyak orang-orang berharap pada Tuhan
Di jalanan ada orang penyebar persaudaraan
Di jalanan perjuangan hidup pantang pudar
Rukun damai hidup di jalanan

Tidak ada komentar: